Wachid Basir Krismanto
Berbisnis adalah kreasi untuk menciptakan mesin uang. Karena itu, banyak orang yang tergiur menjalankan bisnis, dan
berupaya untuk menciptakan mesin-mesin uang baru setiap saat. Seperti
yang dilakukan Wachid Basir Krismanto, lelaki muda pemilik bisnis Bakso
Kuto Cak To, yang kini memiliki 23 outlet yang tersebar di berbagai
daerah dengan omzet peroutlet per hari mencapai Rp1 hingga 2 juta adalah
layaknya seperti mesin uang. Di gerai miliknya, di Jln Pahlawan,
Sidoarjo, Jawa Timur, omzet per hari bisa mencapai minimal Rp 3,5 juta/hari sedang hari Sabtu-Minggu mencapai Rp5-7 juta/hari.
Perjalanan
bisnis bakso Cak To, panggilan akrabnya, dalam menciptakan mesin uang
di bisnis kuliner ini memang tidak seperti membalik tangan. Penuh
lika-liku, perjuangan, bahkan komitmen dan pertaruhan. Pertaruhan antara
terus menjalankan bisnis atau berhenti dengan kebangkrutan.
Sebelumnya,
ia telah jatuh bangun dengan berbagai bisnis yang telah dibuatnya.
Bisnis voucher pulsa, gerai kaki lima ayam penyet, pecel lele, tempe
penyet, café, adalah beberapa bisnis yang pernah
dicobanya, dan pernah membuat ia hampir putus asa karena tak kunjung
berkembang seperti yang diharapkan. Alih-alih agar bisnisnya terus
dijalankan, modal yang digunakan telah terkikis habis, dan usahanya
tersengal-sengal seperti orang yang terserang penyakit ashma.
Pengalaman Pahit yang Jadi Obat
Pengalaman
pahit kadang dapat menjadi obat. Direnungi pengalaman kegagalannya.
Dikuatkan tekadnya untuk membuat bisnis baru. Pengalaman pahit itu
antara lain bisnis tidak laku, sepi pembeli, dan kekurangan modal karena
tergerus untuk biaya operasional.
“Kali ini harus berhasil” ujar Cak To saat memulai bisnis barunya, dengan membuat usaha bakso, yang saat ini ditekuni.
Setelah
mencoba bertanya dan berguru kepada para ahli bakso, berkeliling
daerah, terutama di kota-kota Jawa Timur, tahun 2004 ia menemukan konsep
bisnis baru dengan membuka bakso. Kali ini ia mengusung menu bakso
dengan ciri khusus, yaitu perpaduan Bakso Malang dan Bakso
Solo. Hal ini karena di belantara perbaksoan ada banyak aliran citarasa
bakso, diantaranya ada Bakso Malang, Bakso Solo, Bakso Surabaya, Bakso Sukabumi, dan masih banyak lagi citarasa bakso lainnya.
Nah,
Cak To memadukan dua citarasa bakso, yang paling menonjol dan banyak
dikenal pelanggan, yaitu Bakso Solo dan Bakso Malang. Bakso Solo kuahnya
lebih keruh dan kental karena bumbunya digoreng terlebih dahulu,
sedangkan Bakso Malang kuahnya bening, karena bumbunya mentah dan langsung dimasukkan dalam kuah.
“Saya
perlu waktu enam bulan untuk mencoba-coba memadukan antara citarasa
Bakso Solo dan Bakso Malang sehingga rasanya pas seperti sekarang,”
ujarnya.
Menciptakan Mesin Uang
Awalnya, ia terobsesi dengan cara bisnis beberapa gerai kuliner seperti KFC,
McDonald, Bakmi Gajah Mada, Es Teller 77, hingga gerai kuliner lainnya
yang telah berdiri di mana-mana. Gerai-gerai itu seperti mesin uang,
atau kebun buah yang berbuah uang setiap hari, atau peternakan ayam yang
bertelur uang setiap saat.
Apa yang membuat bisnis-bisnis tersebut menggurita, dan menjadi industry sehingga berubah
menjadi mesin uang?. Benar-benar menjadi mesin uang, karena banyaknya
pelanggan yang datang dan pergi dalam waktu singkat sehingga seorang
kasirpun menjadi penuh keringat, karena kuwalahan melayani pelanggan
yang membayar.
Pilihannya
terhadap bisnis bakso karena bisnis ini, menurut Cak To lebih mudah
dikenal pelanggan, tahan banting karena tidak harus meng-edukasi
pelanggan lebih lama, hanya saja diperlukan kreatifitas yang optimal
agar didatangi banyak pelanggan, diantaranya kreatif menciptakan rasa
dan menu-menu bakso yang disajikan. Terhadap rasa, bisnis bakso tidak kenal kompromi.
Mengenai inovasi menu-menu, lihat saja misalnya, Bakso Cak To kini memiliki lebih dari 40an menu yang ditawarkan, diantaranya
ada bakso halus, bakso kasar, bakso puyuh, bakso udang, serta bakso
ikan, bakso isi telur puyuh, bakso isi tuna Chunk, bakso isi smoked beef, bakso mercon, bakwan goreng, siomay udang, ekado, dan lain-lain.
Penataan
produk-produk aneka bakso ini disuguhkan ke dalam bentuk istimewa
layaknya prasmanan, dan setiap pelanggan dapat dengan suka cita memilih
menu yang dikehendakinya. Ini yang benar-benar penyajian bakso yang
khas. Dan pelanggan seperti termanjakan untuk menikmati bakso sesukanya.
Perbanyak Mitra
Semenjak
memulai bisnis bakso tahun 2004 lalu, dan usahanya relatif tumbuh
dengan baik, ia mulai melebarkan sayap dengan menggandeng mitra. Tujuan
menggandeng mitra agar ia dapat memperbanyak gerai bakso Kuto Cak To
dengan modal dari mitra, dan produk dapat diproduksi lebih banyak
sehingga harga per pcsnya menjadi lebih efisien. Selain
itu Cak To juga dapat income dari lisensi fee atas penggunaan merek
Bakso Kuto Cak To yang digunakan para mitra, dan memperoleh income dari
produk yang disediakan untuk semua mitranya yang ada di berbagai kota,
seperti di Semarang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Gresik, dan seputar
Surabaya, bahkan di Jakarta, dan kota lainnya. Dengan cara ini, tidak heran jika setiap hari dari gerai-gerai baksonya selalu ramai didatangi oleh para penikmat bakso. Setelah hamper 5 tahun berjuang, Cak To kini telah mewujudkan usahanya benar-benar menjadi mesin uang.
0 comments:
Post a Comment